Langsung ke konten utama

Weee...dicuekin

“Teknologi itu ibarat pisau bermata dua” begitulah ungkapan basi tapi, masih sangat relevan untuk kondisi hari ini, bahkan untuk hari esok. Kalo gak salah, ungkapan ini ingin mengingatkan bahwa tekonolgi jika tidak dimanfaatkan pada tempatnya bisa menjadi bumerang pada manusia sendiri.

Dewasa ini, internet bukan lagi menjadi barang mahal atau mewah, berbeda di tahun-tahun 90-an. Setiap orang kini mudah untuk mengaksesnya tanpa mengenal status sosial, meski hanya untuk berfesbuk ria.

Di makassar, bertambahnya jumlah warnet, menjamurnya warung kopi serta kantor dan kampus yang sudah dilengkapi fasilitas wifi menjadi petanda bahwa internet telah menjadi sesuatu yang paling diburu oleh masyarakat. Hal ini pulalah yang menjadikan penjualan laptop laris manis. Saking larisnya barang yang satu ini, kini bisa didapatkan dengan harga 3 juta untuk jenis netbook.

Di salah satu warung kopi, seorang perempuan duduk bersama seorang laki-laki dengan sebuah laptop. Posisi laptop sendiri berada tepat di depan si laki-laki, dan si perempuan hanya ditemani segelas minuman ringan. Si laki-laki terlihat sangat serius memperhatikan “kotak ajaib” di depannya itu tanpa pernah memperhatikan yang disampingnya. Yang namanya “screen” memang punya kekuatan magis untuk menarik kita terus memperhatikan tanpa kedipan mata sekalipun, dari yang namanya tv, bioskop sampai laptop.

Selang beberapa waktu si laki-laki masih saja sibuk mengutak-ngatik laptop di didepannya. Sedangkan, si perempuan duduk terdiam mirip patung tanpa ekspresi apapun. Hampir tak ada obrolan pun diantara mereka. Pemandangan ini sendiri bukan sekali saja bagi saya, banyak teman pun pernah menceritakn kejadian serupa. Bahkan seorang teman pernah mendapati yang katanya sih, yang cowok itu “jelek” dan yang si cewek itu “cakep”. Dia malah sempat kepikiran untuk meminjamkan laptopnya sambil berandai-andai agar si cewek bisa jatuh kedalam pelukannya. Uakakakakak....
“Iya kalo laptopnya milik si cowok? tapi kalo milik si cewek?...wah rusak juga itu si cowok” kata seorang teman lainnya.

Benar sih yang namanya realitas itu sampai sekarang ini masih diperdebatkan, banyak buku dan banyak orang pun mengahabiskan hidupnya hanya untuk merumuskan, apa sih itu realitas. Kalo mengacunya yang ke aliran empiris sih, realitas itu yang ter indra i. Sama halnya dengan si perempuan yang ada di samping si laki-laki itulah realitas karena segala indra pun bisa mengecapnya. Beda dengan pancaran teks dan grafik oleh laptop itu yang hanya mampu diliat tok!

Dengan melihat rentetan kejadian ini , secara sepihak bisa dibilang teknologi telah menjadi bumerang. Teknologi telah mengalienasi si laki-laki dan meninggalkan si perempuan dibelakang sendiri. Lagian, kalo mo ditimbang-timbang toh perempuan itu lebih dekat dengan diri si laki-laki dibanding semua yang ada dalam screen laptop itu. Entah apa yang diliatnya dalam layar tersebut, mungkin febsbuk. Dan kalo memang fesbuk maka, benar kata teman saya. Di fesbuk kau bisa mendapatkan teman baru akan tetapi, dibayar dengan mengorbankan teman lamamu.uahahahahahahaha.....

Entahlah, ini hanya konklusi awal dengan hanya melihat seraya memperhatikan ekspresi dan bisa jadi tendensius. Siapa tau,keduanya memang adalah orang yang pendiam, atau keduanya telah menyepakati aturan, bahwa siapapun yang pegang laptop, yang lain diharamkan untuk mengganggu. Entahlah...

Komentar

diman mengatakan…
wakakakakakak...
lagi dimana ki??
benietzsche mengatakan…
tulisan yang inspiratif, menggugah, membuat sebagian dari kita mengerti tentang kebiasaan buruk kita sendiri. Saya yakin, sang penulis tidak sedang melihat ke ruang yang jauh, ia berada dekat di sekitar kita, atau hanya kita sendiri. Salut !!
hahahah
di gorontalo masih belum kayak gitu
tapi entah beberapa tahun kedepan
nanti dilihat

tetap semangat vic...
keep writin on...

Postingan populer dari blog ini

22 jam Obama

…Ada beberapa hal menarik menyaksikan semua gerak Obama dari layar tv dalam ku dalam kunjungan 22 jamnya di Indonesia. Ketika acara jamuan santap malam, seusai protokol acara membacakan basa-basinya, presiden Barack Obama kemudian berdiri meninggalkan kursinya dan berbisik ke SBY kemudian berjalan sendiri menyalami sebagian dari tamu undangan acara tersebut. Gelagat Obama sontak membuat SBY terlihat celingak celinguk melihat tingkah dari laki-laki keturunan Afro-America itu. “Ini khan tak ada dalam draft protokoler acara”, mungkin begitu pikir SBY. Satu hal jelas yang diperlihatkan oleh Obama bahwa seorang presiden yang punya banyak hak, tidak harus kaku dan tunduk patuh mengikuti semua prosedur protokoler. Seorang presiden bisa dengan entengya melenggang sesuai konteks kejadian dimana presiden hadir. Menyambung tulisan Yusran Darmawan (timurangin.blogspot.com) tentang bagaimana lebih tanggapnya para pembaca KOMPAS ketimbang negara dalam menyalurkan bantuan ke para pe

INI HANYA SEBUAH KATA

   Beberapa waktu yang lalu sempat riuh terdengar kebijakan Bupati Toraja Utara untuk mengeluarkan stempel halal kepada warung-warung makan yang ada di kabupaten pemekaran tersebut. Menuai protes pada awalnya akan tetapi sejauh pemantauan di dunia internet kebijakan ini tetap dilaksanakan dengan memberi stempel halal di plang warung-warung yang memang menyajikan menu yang bisa dikonsumsi siapapun.      Dan, di tahun 2019 ini, orang nomor 2 di Sulawesi Selatan mengeluarkan pernyataan tentang wisata halal yang rencananya akan dijadikan brand image untuk pariwisata tana toraja. Hal ini pun menuai protes dari berbagai kalangan di toraja, mulai dari kalangan muda, dari berbagai profesi pekerjaan, dari aparat negara sampai pada rohaniawan serta budayawan. Kata halal kemudian menjadi polemik ketika diproduksi dan dilempar ke khalayak ramai.      Sekonyong-konyong orang pastinya akan berpikir; - Ketika bupati toraja menyebutkan warung “halal” maka secara langsung orang akan menil

Dari Gelanggang ke gelanggang

Setelah lama tak dinantikan, akhirnya, untuk kesekian kali gelar “tinju bebas” pun berlangsung. Dengan promotor yang sama, pertandingan mengambil tempat di gelanggang Tanjung Priok, Jakarta . Partai ini menghadirkan aparat negara di sebelah kanan ring sebagai juara bertahan versus warga yang berada di sebelah kiri. Yang namanya pertandingan terkadang memang susah diramal, siapa yang akan muncul sebagai pemenang. Para analis sudah memprediksi namun, kenyataan di lapangan biasanya bertolak belakang dengan hasil itung-itungan di atas kertas. Dan kali ini, setelah beberapa kali berhasil mendominasi menyabet titel juara, satpol PP dan polisi pun tumbang oleh perlawanan sengit warga. Hasil statistik yang dilansir oleh sebuah tv swasta menunjukkan 300 korban luka; 10 polisi, 66 satpol PP dan 54 warga (kabar terakhir 1 orang satpol PP tewas). Dari hasil ini, warga secara otomatis keluar sebagai pemenang denga menang KO mempertahankan makam dan memukul mund