Langsung ke konten utama

Kado Natal

“Uh! kutendang kerikil itu dengan geram”. Bagaimana aku tidak marah, aku tidak diberikan kado dari ibu dan bapak saat natal nanti tapi, aku pasrah saja.

Waktu terus berputar, pada sore hari aku dan teman-teman pergi bermain bola. Disana kami asyik bermain sepak bola sampai akhirnya kami beristirahat . “Wah..., saat natal nanti kayaknya orangtuaku memberikan sepeda baru, kata Fartin”. “Kalau kamu Ayu?”, kata Fartin. Dengan tergesa -gesa, Ayu menjawab “kalau saya, kayaknya diberikan tas baru”.
“Kalau, kamu Ike'?” tanya fartin lagi. “Kalau saya m..........., ayo jawab, seru Fartin! kayaknya m.........., sepatu baru, ya sepatu baru”, jawabku. “o........., sepatu baru kata Ayu dan Fartin dengan serempak.
Aku terpaksa berbohong karena tidak mau Fartin dan Ayu menertawaiku kalau tahu bahwa sebenarnya, aku tidak akan mendapat kado natal nantinya.


Natal pun tiba saya, Fartin dan Ayu ingin ke gereja. Disana, ada santa claus dan pit hitam yang mengerikan. Akhirnya, namaku disebut oleh santa, EUNIKE KRISESI SOSANG. “Kesini... ,santa ingin memberikan hadiah, seru santa claus”. “Ini dari santa dan orang tua kamu”, santa pun memberikan aku hadiah. Aku membukanya dan isinya sepatu ternyata, aku senang sekali dan langsung memeluk santa dengan erat.

Setelah itu, aku kemudian berlari menuju bapak dan ibu. “Katanya aku tidak akan diberikan hadiah natal, tanyaku sama mereka. Bapak membohongi saya, tanyaku lagi”. “Ya ia nak,karena bapak ingin memberikan kejutan buat anak perempuan semata wayang bapak, timpal bapakku. 
“Terima kasih ya   papa, seruku. “Ia, jangan nangis anak bapak kan tidak cengeng.


* Tulisan ini dibuat oleh Eunike Krisesi Sosang









* Tulisan ini telah melalui proses pengeditan

Komentar

waah..hebat hebat..
anak sekecil itu tlah merajut kata2
diman mengatakan…
kerennn....prok..prokk

Postingan populer dari blog ini

22 jam Obama

…Ada beberapa hal menarik menyaksikan semua gerak Obama dari layar tv dalam ku dalam kunjungan 22 jamnya di Indonesia. Ketika acara jamuan santap malam, seusai protokol acara membacakan basa-basinya, presiden Barack Obama kemudian berdiri meninggalkan kursinya dan berbisik ke SBY kemudian berjalan sendiri menyalami sebagian dari tamu undangan acara tersebut. Gelagat Obama sontak membuat SBY terlihat celingak celinguk melihat tingkah dari laki-laki keturunan Afro-America itu. “Ini khan tak ada dalam draft protokoler acara”, mungkin begitu pikir SBY. Satu hal jelas yang diperlihatkan oleh Obama bahwa seorang presiden yang punya banyak hak, tidak harus kaku dan tunduk patuh mengikuti semua prosedur protokoler. Seorang presiden bisa dengan entengya melenggang sesuai konteks kejadian dimana presiden hadir. Menyambung tulisan Yusran Darmawan (timurangin.blogspot.com) tentang bagaimana lebih tanggapnya para pembaca KOMPAS ketimbang negara dalam menyalurkan bantuan ke para pe

INI HANYA SEBUAH KATA

   Beberapa waktu yang lalu sempat riuh terdengar kebijakan Bupati Toraja Utara untuk mengeluarkan stempel halal kepada warung-warung makan yang ada di kabupaten pemekaran tersebut. Menuai protes pada awalnya akan tetapi sejauh pemantauan di dunia internet kebijakan ini tetap dilaksanakan dengan memberi stempel halal di plang warung-warung yang memang menyajikan menu yang bisa dikonsumsi siapapun.      Dan, di tahun 2019 ini, orang nomor 2 di Sulawesi Selatan mengeluarkan pernyataan tentang wisata halal yang rencananya akan dijadikan brand image untuk pariwisata tana toraja. Hal ini pun menuai protes dari berbagai kalangan di toraja, mulai dari kalangan muda, dari berbagai profesi pekerjaan, dari aparat negara sampai pada rohaniawan serta budayawan. Kata halal kemudian menjadi polemik ketika diproduksi dan dilempar ke khalayak ramai.      Sekonyong-konyong orang pastinya akan berpikir; - Ketika bupati toraja menyebutkan warung “halal” maka secara langsung orang akan menil

Dari Gelanggang ke gelanggang

Setelah lama tak dinantikan, akhirnya, untuk kesekian kali gelar “tinju bebas” pun berlangsung. Dengan promotor yang sama, pertandingan mengambil tempat di gelanggang Tanjung Priok, Jakarta . Partai ini menghadirkan aparat negara di sebelah kanan ring sebagai juara bertahan versus warga yang berada di sebelah kiri. Yang namanya pertandingan terkadang memang susah diramal, siapa yang akan muncul sebagai pemenang. Para analis sudah memprediksi namun, kenyataan di lapangan biasanya bertolak belakang dengan hasil itung-itungan di atas kertas. Dan kali ini, setelah beberapa kali berhasil mendominasi menyabet titel juara, satpol PP dan polisi pun tumbang oleh perlawanan sengit warga. Hasil statistik yang dilansir oleh sebuah tv swasta menunjukkan 300 korban luka; 10 polisi, 66 satpol PP dan 54 warga (kabar terakhir 1 orang satpol PP tewas). Dari hasil ini, warga secara otomatis keluar sebagai pemenang denga menang KO mempertahankan makam dan memukul mund